PENGGUNAAN KONSEP BILANGAN OKSIDASI
PENGGUNAAN KONSEP BILANGAN OKSIDASI
Definisi reaksi redoks berdasarkan
konsep bilangan oksidasi lebih bisa diterima.Dengan konsep bilangan oksidasi.
Pada reaksi redoks, dikenal juga reaksi autoredoks, yaitu satu zat berfungsi
sebagai oksidator juga redutor. Reaksi autoredoks dengan mudah dapat dijelaskan
dengan konsep bilangan oksidasi. Bilangan oksidasi digunakan pada penanaman
senyawa ion yang salah satu unsurnya memiliki bloks lebih dari satu.
1.
MEMBEDAKAN
REAKSI REDOKS DAN BUKAN REDOKS
Dalam membedakannya, kita dapat melihat perubahan bilangan
oksidasi pada unsur-unsur yang menyusun senyawa yang bereaksi.
Jika terjadi kenaikan bilangan oksidasi, artinya
unsur tersebut mengalami oksidasi dan bersifat sebagai reduktor.
Jika terjadi penurunan bilangan oksidasi, artinya
unsur tersebut mengalami reduksi dan bersifat oksidator.
a. REAKSI
BUKAN REDOKS,REAKSI AUTOREDOKS,REAKSI REDOKS
reaksi redoks adalah reaksi
yang mengalami reaksi oksidasi dan reduksi. reaksi non redoks adalah reaksi
yang tidak mengalami oksidasi dan reduksi. sedangkan reaksi autoredoks adalah
reaksi redoks yang oksidator dan reduktor atau produk oksidasi dan produk
reduksi adalah atom yang sejenis.
3.Reaksi Redoks
Fe2O3 + 3 CO
---> 2Fe + 3CO2 angka biloks Fe pada senyawa Fe2O3 adalah +3. Dari sini kita
bisa melihat adanya perubahan angka biloks pada Fe yang awalnya +3 menjadi nol.
Jika bereaksi dengan zat lain, unsur bebas tersebut akan
menjadi ion negatif untuk nonlogam dan ion
positif untuk logam.
Jika suatu reaksi kimia melibatkan unsur bebas, maka reaksi
kimia tersebut termasuk reaksi REDOKS.
2.MENENTUKAN
NAMA SENYAWA IONIK
Muatan suatu unsur disebut juga BILOKS.Beberapa atom
mempunyai biloks lebih dari satu.
Beberapa unsur beserta bilangan oksidasinya:
Unsur
|
Biloks
|
Senyawa
|
Nama Senyawa
|
Cr
|
+2
+3
|
CrO
CrCl3
|
Kromium(II) oksida
Kromium(III) klorida
|
Fe
|
+2
+3
|
FeS
FeF3
|
Besi(II) sulfida
Besi(III) fluorida
|
Co
|
+2
+3
|
CoI2
Co2O3
|
Kobalt(II) iodida
Kobalt(III) oksida
|
Cu
|
+1
+2
|
CuI
CuCl2
|
Tembaga(I) iodida
Tembaga(II) klorida
|
Pb
|
+2
+4
|
PbBr2
PbO2
|
Timbal(II) bromida
Timbal(IV) oksida
|
a. PENAMAAN
SENYAWA ION BINER YANG UNSIR LOGAMNYA BERBILOKS LEBIH DARI SATU.
Penamaan
senyawa yang mengandung unsur logam berbiloks lebih dari satu macam didasarkan
pada sistem stock. Caranya dengan membubuhkan angka romawi yang sesuai dengan
bilangan oksidasi logam dalam tanda kurung di belakang nama logam dan diikuti
dengan nama unsur nonlogam, lalu diberi akhiran –ida.
Ada juga cara lain, dengan cara unsur logam dengan
biloks yang rendah diberi akhiran “0”, sedangkan biloks yang lebih tinggi
diberi akhiran “i”.
b. PENAMAAN
SENYAWA ION POLIATOMIK BERDASARKAN SISTEM STOCK
Umumnya
senyawa ion poliatomik tersusun atas logam berbiloks satu jenis dan ion
poliatomik yang salah satu unsurnya berbiloks lebih dari satu jenis. Penaaan
senyawa seperti itu juga didasarkan pada sistem stock. Bubuhkan angka romawi
yang sesuai dengan bilangan oksidasi unsur dalam tanda kurung di belakang nama
anion poliatom.
Mn(SO3)2
= Mangan ( IV ) sulfit
PbSO4 = Timbal(II)sulfat
CuCl3 = Tembaga(1I) klorat
Cr(ClO4)2 = Kromium (III)perklorat
PbSO4 = Timbal(II)sulfat
CuCl3 = Tembaga(1I) klorat
Cr(ClO4)2 = Kromium (III)perklorat
Komentar
Posting Komentar